Cewek Planet itu...
Buuuk…
Buku yang sedang dibawa oleh Nina
terjatuh ke lantai,membuat Semua mata yang ada di Ruang Perpustakaan langsung
tertuju Kepadanya. Nina membungkuk seraya mengambil Buku-Bukunya.
Aku yang Tanpa sengaja menabrak Nina,langsung
ikut mengambil buku-buku itu.
“sory ya,Nin,Aku gak sengaja” kataku
seraya memberi Sebuah Buku pada Nina
Aku memandang Nina yang berjalan
tergesa-gesa di antara Siswa yang sedang ngumpul di koridor. Nina adalah siswa
baru yang telah diCap sebagai Siswa terculun di sekolah,karena penampilannya
yang sangat Berbeda dari Siswa lain. Kacamata tebal,Kawat gigi,dan rambut yang
di kuncir membuat penampilannya menyerupai salah satu tokoh Telenovela Yang
sangat cupu. Ditambah Lagi dia tidak mempunyai teman Sejak pertama kali
masuk,semua siswa tidak ingin mengajaknya Ngobrol,,sebab Nina selalu diam Jika
di tanyai. Dan hal itu juga telah membuatnya di beri gelar ‘Cewek Planet’.
Sebenarnya,Aku sangat ingin menjadi
teman Nina,bukan Karena Aku kasihan padanya,tapi ada sisi kebaikan Pada Nina
yang terlihat jelas dimataku. Tapi, setiap kali Aku ingin mengajaknya ngobrol,
pasti selalu saja ada Vina CS yang selalu manghalangiku. Jadinya keinginanku itu
selalu tidak tersampaikan. Ditambah lagi dengan Bian, Cowok yang sudah mengisi
hatiku sejak 3 bulan lalu. Bian melarangku habis-habisan agar tidak bergaul
dengan Nina, huh..menyebalkan memang, tapi mau gimana lagi, mereka semua adalah
teman terbaik yang pernah aku miliki.
“kamu nggak pa-pa,Rin??” tanya Bian
membuyarkan lamunanku sambil terus menatap punggung Nina yang telah menjauh
“enggak kok” jawabku tersenyum simpul
“ya sudah, kita masuk ke kelas yuk” ajak
Bian, aku mengangguk setuju, dan kamipun segera melangkah masuk kedalam kelas
yang sudah ramai.
* * *
Selama Pak Budi menjelaskan di hadapan
seluruh siswa kelas 2 IPA 2, Vina juga sibuk menjelaskan di sampingku. Itulah
kebiasannya, hingga nilai Matematikanya selalu jebol. Vina terus bercerita
tentang Sinetron yang tadi malam di tontonnya, membuatku ilfeel padanya.
Gimana tidak, dia telah mengganggu konsentrasiku.
“terus rin, mereka tuh hampir saja
ketemu, eh...malah si ceweknya langsung belok, ugh nyabelin!!” kata vina
mengakhiri ceritanya dengan nada berbisik
Aku hanya mengangguk lemah. Kualihkan
pandanganku ke arah Nina duduk. Dapat kulihat dia sedang memperhatikan dengan
penuh konsentrasi ke arah Pak Budi. Tapi tunggu, dia bukan melihat Pak Budi,
tapi melihat ke arah Bian. Hatiku langsung jadi panas. Apa Nina suka sama Bian??
Memang nggak bisa disangkal lagi kalo semua cewek suka sama Bian. Bagiku dan
semua cewek lain Bian adalah cowok impian semua cewek di dunia. Bian cakep,iya,
Bian Keren,Iya, Bian serba kecukupan alias Tajir,iya, ramah,iya, dan semuanya
sempurna dimata cewek –cewek. Dan beruntunglah cewek yang mendapatkan Hati Bian,
Yaitu Aku, hehehehe.
Aku terus menatap Nina, kini Nina sedang
menulis di bukunya, entah apa yang di tulisnya. Yang jelas, dia menulis dengan
senyum merekah di bibir mungilnya.
Kring.....
Akhirnya bel istirahat berbunyi juga.
Vina de ka ka yaitu Reni dan Nita mengajakku menuju ke kantin. Tapi aku
langsung menolaknya.
“emang kamu mau kemana??” tanya Vina
cemberut
“iya, setiap kami ngajak kamu ke kantin
pasti kamu nolak” tambah Nita
“em..sory, aku mau ke perpus, yah...cari
referensi buat laporan Biologiku,hehehe” aku tersenyum kecil berharap mereka
tidak ngambek
“okelah, kalo gitu, kita - kita pada
duluan yah” kata vina akhirnya lalu berjalan meninggalkanku sendirian di daun
pintu.
Aku menghela nafas panjang.
“mau ke perpus ya,Rin??” tanya Bian
mengagetkanku dari belakang, jelas aku jadi kaget. Ini adalah kebiasaan Rese Bian.
Aku berbalik, memukul bahunya pelan,
membuat Bian tertawa dengan sikapku, “kalo aku jantungan gimana, resek”
“biarin, kalo kamu jantungan kan bisa
masuk ke rumah sakit tuh, dan aku pasti bakal jagain kamu sampai sembuh” Kata Bian
tersenyum manis membuat semua kemarahanku padanya langsung hilang.
“gombal tukang Ojek!!! Sudah ah, mau
nemenin gak??” kataku mengejeknya
“tentu, My Princess....” Bian
meraih tanganku lalu membawaku berlari menembus anak-anak yang lagi
asyik-asyiknya ngumpul bareng di koridor. Dan disana, di sudut kelas, sepasang
mata sendu terus memperhatikan kami sedari tadi, walau aku tadi sempat
memperhatikannya, tapi aku tidak tau siapa pemilik mata sendu itu.
* * *
Siang itu, Matahari terasa berada lima
centi dariku, membuatku dan semua Siswa SMA Tunas Bangsa terus mengibaskan entah itu apa ke arah leher
agar panas segera lenyap dari sana, tapi semakin di kipas, panas semakin
menyergap kami. Tapi itu tidak berlaku bagi Bian, disana di tengah lapangan, ia
tengah beradu dengan bola basket. Bian adalah ketua ekskul basket. Dan yang
paling kusukai darinya adalah semangatnya yang tak pernah habis, seperti saat
ini, Bian masih tetap bersemangat memasukkan bola ke dalam ring tanpa
mempedulikan panas yang terasa membakar kulit.
“Bian itu hebat yah...” lirih seseorang
di sampingku
Aku berbalik memandang ke arah sumber
suara itu, Nina!!! Nina menatap kagum ke arah Bian yang siap menembakkan bola
kedalam ring.
“Bian emang hebat, kalo nggak hebat
bukan Bian namanya” kataku tersenyum kecil
“Bian seperti pangeran yang berkuda
putih yang akan membawaku pergi” tambah Nina membuatku kaget dengan apa yang
dikatakannya itu
“kamu suka sama Bian??” tanyaku membuat Nina
langsung menatapku ketakutan
“a..aku..aku..aku....” kata Nina gagap
Aku tersenyum kecil, “tenang..aku nggak
bakal marah kok sama kamu kalo kamu suka sama Bian, semua cewek di sekolah ini
juga pasti bakal ngomong kayak kamu tentang Bian,”
“a..aku..aku...aku nggak suka sama Bian”
Kata Nina dengan nada yang gemetar
Aku tersenyum kecil, “terserahlah, kamu
mau suka sama Bian ato enggak, tapi Bian akan tetap jadi milikku”
“aku..aku...maafin aku, makasih buat
penjelasannya, aku harus pulang, sampai jumpa” Nina langsung berjalan gontai
meninggalkanku
Aku terus menatap punggungnya, ada rasa
aneh yang menyergapku ketika dia menatapku,hm..ada apa yah?? Ah..segera kubuang
jauh –jauh pikiran itu.
“ngapain kamu dengan si cewek planet
itu??” tanya Bian menghampiriku dengan nafas tak beraturan
“Nina!!! Dia punya nama,Yan!!” kataku
“whatever-lah, kamu ngapain sama dia
berusan??” tanya Bian lagi
“kami ya ngobrol, emang mau ngapain
lagi”
“Erin, akukan sudah bilang beribu kali,
kamu nggak boleh dekat-dekat sama cewek planet itu!!” kata Bian menatapku tajam
dengan kedua mata beningnya
“emang kenapa kalo aku dekat sama dia??
Apa ada yang salah dari dia??!” kataku tak mau kalah
“nggak ada yang salah,Rin!! Hanya
saja...” kata Bian terpotong menatap lurus ke arah lapangan
Aku menanti lanjutannya, tapi Bian malah
terdiam
“sudahlah, ayo pulang, sudah sore” ajak Bian
Aku mengangguk iya. Bian lalu berjalan
mendahuluiku. Dia terus diam, padahal biasanya, dia selalu berkicau di
sampingku. Apa karena Nina??? Aku tidak tau.
* * *
Aku terus menatap foto aku dan Bian yang
terpasang manis di sebuah bingkai berwarna Pink berpadu Putih dengan hiasan
Bunga di setiap sudutnya. Bian, Cowok itu baru ku kenal tiga bulan yang lalu,
saat dia menjadi siswa baru di SMA Tunas Bangsa. Aku tidak tau, apa yang
dilihatnya dariku, hingga di hari kedua ia bersekolah, Bian langsung menyatakan
perasannya.
“hm.....” aku tersenyum kecil mengingat
saat-saat indah itu. Tiba-tiba aku jadi
teringat pada Nina. Aku jadi penasaran banget sama anak itu. Nina juga siswa
baru. Dia pindah sebulan yang lalu.
Gayanya yang aneh itu sering jadi bahan olokan Vina CS. Kadang aku jadi kasihan
padanya, tapi saat dia memuji Bian, aku sempat cemburu padanya. Aku nggak tau,
sepertinya ada rahasia di balik dirinya itu.
“Baiklah!! Sudah kuputuskan, aku bakal
membantu Nina!! Aku bakal membuatnya jadi putri di sekolah!! Pasti!!” kataku
penuh semangat setelah sebuah Bohlam menyala terang di kepalaku.
* * *
“Apa?? Kamu mau bantu Nina berubah??!!!”
kata Bian kaget setelah mendengar rencana brilianku
Aku mengangguk penuh semangat, “iya,
gimana?? Ide yang briliankan??”
“brilian??? Itu malah ide tergila yang pernah
aku dengar,Rin!!!”
“emang kenapa kalo aku membantu Nina??
Aku kasihan pada Nina,yan, dia nggak punya teman, dia sendirian” kataku memelas
“itu urusan Dia,Rin, bukan urusanmu, dia
bisa mengurus dirinya sendiri”
“kamu kok malah ngomong gitu sih??? Kalo
kamu yang ada di posisinya dia gimana?? Pasti bakal nggak enakkan, sendirian di
tengah keramaian, kamu bisa ngomong enteng kayak gitu, karena kamu bukan Nina!!”
jelasku sedikit emosi
Bian memegang kedua bahuku lalu menatap
kedua mataku dalam-dalam
“Erin, aku melarangmu demi kebaikan kamu
juga, aku takut terjadi apa-apa padamu, aku....” Bian menunduk
Aku terharu mendengarnya, Bian sayang
banget padaku, tapi, membiarkan seseorang terperangkap dalam kesendirian adalah
hal yang paling jahat yang pernah kulakukan.
“Bian....aku tau maksud kamu, tapi....”
kataku terpotong oleh Bian
“terserahlah, kamu mau ngapain itu hak
kamu, aku nggak bisa ngelarang-larang kamu” Bian kembali terdiam. Dapat kulihat
sebuah ketakutan terpancar dari kedua bola mata beningnya.
“makasih....” aku mengecup kening Bian,
lalu segera berjalan keluar dari kelas. Hm....langkahku kini tinggal satu, aku
akan menyelidiki siapa Nina itu.
* * *
Sepulang sekolah, aku terus berjalan di
belakang Nina. Aku dapat merasakan ketakutan Nina, karena dia berjalan gontai. Nina
lalu berbelok ke ke sebuah blok perumahan. Aku baru tau, kalo ternyata Nina
tinggal di kawasan elite. Aku dapat melihat dengan jelas Nina masuk kedalam
sebuah rumah mewah di salah satu perumahan itu.
Kuambil catatan tanganku, di sana
kutulis ‘Nina anak orang kaya, jadi ada jalan buat mengubahnya....’. Aku
tersenyum kecil melihat tulisanku itu, lalu segera bersiap untuk melanjutkan
intaianku.
“Hai!!!” seseorang memegang bahuku
membuatku hampir jatuh pingsan
Aku berbalik memandangi si empunya
tangan itu, Nina!!!
“huh..aku kirain sapa,” kataku lega
“kamu ngapain disini??” tanya Nina
langsung tepat sasaran
“em..aku..aku..em..lagi jalan-jalan
kok,” aku tersenyum simpul
“jalan-jalan atau lagi ngikutin aku??”
mata Nina menggeliat seperti sangat curiga padaku
“hah?? Enggak kok, aku nggak ngikutin
kamu, aku Cuma kebetulan aja ada di belakang kamu,”
“oh..sudahlah, kamu mau mampir ke
rumahku??”
Aku mengangguk iya, ini adalah jalan
mulus untuk melaksanakan misi pentingku.
* * *
Aku heran pada Nina. Dia punya segalanya. Rumah Mewah,
perlengkapan dandan yang super lengkap banget, koleksi baju yang buanyak banget,
dan semuanya super duper lengkap. Tapi, mengapa gayanya seperti ini?? Apa dia
sengaja karena dia rendah diri atau ada hal lain??
“mau minum apa,rin?” tanya Nina tersenyum manis
“em..terserah, yang jelas jangan air kobokan yah,”
“bisa aja, tunggu sebentar yah,” kata Nina lalu
menghilang dibalik pintu dan muncul beberapa menit kemudian dengan membawa
nampan berisi dua gelas minuman.
“diminum,rin,” Nina mempersilahkan
Aku mengangguk, “em..nin, aku boleh nanya sesuatu gak??”
tanyaku hati-hati
“boleh, emang nanya apaan??” Nina menatapku membuatku
jadi sedikit gugup
“em..tapi kamu jangan tersinggung atau gimana yah,”
Nina mengangguk
“em..gini, kamu kan orang yang serba ada, mau ini itu
pasti dikabulin, punya segala kebutuhan yang super lengkap, tapi, kamu kok..”
aku menggigit bibir bawahku karena gugup
“aku kayak gini?? Seperti cewek planet yang dibilang oleh
semua orang di sekolah??” Nina melanjutkan ucapanku yang memang tepat sasaran
itu.
“a..aku..aku gak nganggep kamu kayak gitu kok, aku
melihat kamu itu sama dengan anak yang laen,”
Nina tersenyum kecil, “mau tau kenapa,rin?? Aku gini
karena sesorang yang sangat aku sayangin,”
Aku melongo. Heran. “maksudnya?? Orang itu nyuruh kamu
untuk berpenampilan kayak gini??”
Nina menatap keluar jendela. Aku dapat menangkap raut
wajahnya itu. Tanda seorang yang tengah mengenang masa lalunya. “tidak juga,
ini kulakukan atas kemauanku sendiri, bukan karena dia,”
Aku masih bingung. Ah,,biarlah semuanya menjadi rahasia
nina, yang jelas aku hanya ingin membantunya untuk diterima di lingkungan
sekolah. Harus!!
“Nina, em..aku bisa merubah sedikit penampilanmu itu??”
tanyaku hati-hati
0 comments:
Posting Komentar
Jangan Lupa Komentar yah...and Thank you ^__^